Mengenali Autoimmune Disorder sering saya ibaratkan dengan orang buta yang meraba seekor gajah. Bila kita bisa diajak berkeliling ke seluruh bagian tubuh gajah,kita bisa mengerti bagaimana Leaky Gut (masalah gangguan pada mukosa usus dan ketidakseimbangan mikroflora normal usus akibat berbagai hal (biasanya karena berbagai kimia dan obat2an dan atau stress) dapat menyebabkan kekacauan sistim imun tubuh kita, yang pada akhirnya bagian tubuh sehat kita sendiri yang terserang. Perlu juga diingat, Leaky Gut dimulai dengan gejala alergi. Diikuti dengan turunnya sistim imun ( sering terkena infeksi), dan bila berlanjut menjadi hiperaktif nya sistim imun.
LEAKY GUT => ALERGI => SISTIM IMUN TURUN (HIPO) => SISTEM IMUN KACAU (HIPER)
Mengingat salah satu penyebab / pemicu Leaky Gut adalah kimia dan obat-obatan, maka pendekatan alami untuk pemulihan Autoimmune akan lebih baik. (Tentunya bila keadaan belum memungkinkan tetap masih diperlukan kontrol medis dengan obat-obatan dibawah penanganan dokter ya).
Memahami tentang Autoimmune dan Leaky Gut juga membuat kita dapat mengerti mengapa hampir semua ODAI (Orang dengan Autoimmune) memiliki kadar Vitamin D yang rendah. Secara sederhana adalah karena pada orang dengan Leaky Gut, terdapat gangguan absorbsi nutrisi (dalam hal ini lemak) dan vitamin.
Sebuah riset menyatakan bahwa 90% orang dengan SLE memiliki kadar vitamin D kurang dari 30ng/ml. Selain karena adanya gangguan absorbsi nutrisi (lemak), kurangnya vitamin D adalah karena:
• konsumsi (jangka panjang) obat yang bersifat fotoreaktif,
• konsumsi obat atau kimiawi tertentu yang meningkatkan pengeluaran vitamin D dari tubuh
• keadaan ODAI yang fotosensitif sehingga menghindari sinar matahari,
• penggunaan sun protection
Studi terakhir baru-baru ini menunjukkan bahwa rendahnya kadar vitamin D3 pada kasus SLE berkaitan dengan meningkatnya AKTIVITAS penyakit autoimmune. Sementara peningkatan (normalnya) kadar vitamin D mengurangi aktivitas penyakit autoimmune. Paparan sinar matahari akan mengurangi resiko Autoimmune Disease (Mercola, 2016).
Autoimmune, ditandai dengan abnormalitas fungsi beberapa tipe sel darah putih, sehingga dihasilkan antibodi yang menyerang jaringan tubuh sendiri. Vitamin D dinyatakan mencegah atau mengurangi serangan autoimun. Mengapa? Karena peranan vitamin D dalam mengatur sistim imun tubuh, pertumbuhan sel, dll. Jadi menjaga agar Vitamin D di level normal sangatlah penting bagi Orang Dengan AI (ODAI).
Dengan kadar vitamin D darah yang tubuh akan mengalami gangguan penyerapan calcium, juga fosfat, yang akan berakibat osteoporosis atau osteomalasia. . Vitamin D juga berfungsi menjaga fleksibilitas pembuluh darah.
Selain gangguan tulang dan pembuluh darah, rendahnya vitamin D juga menggangu beberapa fungsi vital tubuh karena Vitamin D berperanan penting dalam
1. Pertumbuhan sel,
2. Otot dan syaraf,
3. Sistim imun tubuh, dan
4. Radang/inflamasi.
5. Berbagai gen (gene encoding proteins) yang mengatur proliferasi sel, diferensiasi sel, dan apoptosis juga memerlukan keberadaan vitamin D. (apoptosis adalah matinya sebuah sel dengan sendirinya)
Karena peranan vitamin D dalam poin no 5 diatas; tidak heran bila penelitian para ahli menunjukkan kaitan defisiensi vitamin D dengan kanker (terutama kanker kolon). Rendahnya vitamin D menyebabkan 16 jenis kanker, termasuk kanker payudara, kanker ovarium, prostat, Non Hodkin’s Lymphoma). Selain kanker, berbagai pernyakit kronis seperti: Psoriasis, DM, Hipertensi, Penyakit Jantung, Myopathy, MS, Schizophrenia, hiperparatiroidism, dan rentan terinfeksi Tbc berkaitan dengan rendahnya Vit D.
PERNYATAAN KEPADA PUBLIK
Maksud/ tujuan dan saran saya hanya memberi informasi. Tidak dimaksudkan sebagai advis medis, tidak bermaksud untuk menegakkan diagnosa, tidak bermaksud mengganti advis dokter / professional medis yang menangani. Metoda yang dibahas dimaksudkan untuk mendukung kesembuhan / pemulihan lewat hidup sehat& makan sehat, bukan untuk mengganti terapi medis.
KOREKSI
Koreksi atas rendahnya Vitamin D dapat dilakukan dengan berjemur, untuk mendapatkan paparan sinar matahari gelombang pendek-sedang: UV-B pada kulit kita. UV-B inilah yang akan membantu proses sintesa vitamin D dan membantu tubuh mengurangi kejadian kanker dan autoimmune.
Cahaya matahari yang kita dapatkan melewati jendela kaca adalah UV-A yang tidak menghasilkan vitamin D. Dr. Mercola (2016) dan Dr. Dianne Godar (2009) menyatakan bahwa, UV-A justru menimbulkan efek negatif pada kulit, seperti melanoma (kanker kulit). Hal ini terbukti dari kejadian melanoma lebih banyak terjadi pada pekerja “indoor” dibanding yang “outdoor”.
Paparan sinar matahari yang tepat justru mencegah melanoma. Bahkan pasien melanoma yang berjemur, hidup lebih lama daripada yang tidak berjemur.
Agar tubuh mensintesa vitamin D, Bill Fleming merekomendasikan sbb :
– Paparan sinar matahari sekitar 5-15 menit 4-6 kali seminggu antara jam 10 pagi hingga jam 2 siang.
Perlu dicatat, intinya adalah: mendapatkan UV-B dari sinar matahari. Bukan UV –A. Karena yang dapat mensintesa Vit D adalah UV-B.
SETIAP ORANG BERBEDA
Setiap orang berbeda-beda kepekaannya terhadap paparan sinar matahari, tergantung jenis kulit, ketersediaan bahan makanan untuk sintesa Vit D, kondisi kulit, warna kulit, usia dan baju yang dikenakan.
Bila masih mengkonsumsi obat-obatan serta masih mengalami reaksi pada kulit dan tubuh (pusing, keringat dingin, sesak nafas dll) akibat paparan matahari, sebaiknya tidak berjemur lebih dahulu sampai remisi. Sebagai gantinya dapat mengkonsumsi Vit D atas supervisi dokter yang menangani. Suplemen vitamin D3 memerlukan supervisi Dokter, karena dapat memiliki efek samping untuk penggunaan jangka panjang, antara lain overdosis, dengan gejala: kelelahan, mengantuk, hilang nafsu makan, mulut kering, rasa metal, mual, muntah, diare, dll.
Beberapa obat yang tercatat menyebabkan reaksi fotosensitif adalah: Antibiotika (Tetrasiklin, Quinolone), NSAID (naproxen, piroxica dll), Corticosteroid, Obat Malaria yang digunakan pada Autoimmune (Plaquenil), antidepressant, obat penurun kolesterol, hydroxychloroquine, dan banyak lagi (daftarnya mencapai 8 halaman).
Faktor-faktor ini berperan dalam hal berjemur untuk mensintesa Vitamin D
- Latitude / lokasi geografis : untuk mendapatkan UV-B diperlukan posisi matahari berada di latitude 50 derajat. Tergantung lokasi geografis, latitude ini berbeda-beda. Untuk Indonesia, latitude diatas 50 derajat terdapat pada jam 10-11 siang sampai jam 14-15 (WIB). Mohon perhatikan: Cukup 5-10 menit saja! Jadi sebelum terasa ada sunburn di kulit.
- Warna kulit: semakin putih, diperlukan waktu berjemur semakin singkat (5-10 menit). Semakin gelap kulit, memerlukan waktu yang lebih lama (sampai hanya 15 menit saja), tidak lebih.
- Paparan UV pada pemakaian obat tertentu menimbulkan reaksi photoallergic. Akibat terjadinya perubahan struktur obat menjadi antigen (benda asing).Kemudian tubuh mulai berekasi alergi dan menyebabkan radang pada daerah kulit yang terpapar sinar matahari. Kebanyakan adalah obat topical (oles atau aplikasi pada kulit)
- Paparan dalam waktu singkat saja ketika mulai berjemur. Kemudian ditambah waktunya secara bertahap, dapat membantu ketahanan kulit agar dapat perlahan-lahan beradaptasi.Baju yang dikenakan. (untuk mendapatkan vitamin D yang cukup, disarankan tangan dan kaki terpapar sinar matahari, minimal 1/3 bagian tubuh / kulit)
- Kulit wajah memiliki kulit yang lebih tipis, karenanya tidak akan menghasilkan banyak vitamin D. Juga untuk menghindari flek pada kulit wajah, sebaiknya kulit wajah terlindung (topi).
- Grant W, et al (2003) berjemur akan memberikan lebih banyak manfaat dibandingkan dengan mudarat.”Hindari sunburn! (terbakarnya kulit akibat sinar matahari) untuk meminimalkan paparan UVR.
KESIMPULAN
Berjemur merupakan cara tubuh mensintesa vitamin D. Diperlukan UV-B untuk sintesa Vitamin D. Beberapa fungsi vitamin D:
– Membantu penyerapan calcium
– Meningkatkan daya tahan tubuh / perbaikan sisitim imun
– Meningkatkan flesibiltas pembuluh darah (mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler
– Mencegah kanker dan berbagai penyakit autoimun dan penyakit kronis
– Mengingat faktor individual, patokan berjemur tidak bisa ditetapkan secara umum melainkan harus disesuaikan sesuai reaksi individu masing2. Karenanya kenalilah tubuh kita sebaik mungkin.
Faktor lain yang menyebabkan reaksi akibat berjemur adalah: obat-obatan yang bereaksi fotosensitif atau fotoalergik.
SARAN
Saran saya bagi yang belum bisa berjemur saat ini karena kulit masih memberikan reaksi negatif: sedapat mungkin terapkan pola hidup sehat (LDHS), makan sehat secara total, (pelajari apa makanan yang sehat yang menjadi obat bagi tubuh), usahakan bisa segera remisi dengan penghentian obat yang m mungkin bersifat fotosensitif, lalu mulai dengan berjemur sebentar sekali, dan perlahan ditambahkan waktunya.
Bila leaky gutnya telah pulih bisa juga mendapatkan vitamin D dari makanan, seperti: ikan, telur, lean meat (grass fed), ayam (free range), jamur.
Suplemen Vit D, untuk sementara bisa menjadi solusi bila belum bisa berjemur. Namun tentu saja, sumber terbaik adalah sintesa dari dalam tubuh sendiri karena tubuh akan otomatis mengatur kadarnya pada batas normal. Saya pribadi, sebagai penyintas, lebih menyukai metoda alami untuk sintesa Vitamin D ini. Menurut pengalaman saya, berjemur memberikan efek endorphin bagi tubuh, yang dapat berefek sangat positif.
PERHATIAN
Paparan sinar matahari yang mulai terasa menyengat (burning) walaupun sedikit saja di kulit merupakan tanda kita perlu berhenti berjemur. Bila ada tanda-tanda terbakar (tentu saja jangan sampai over berjemurnya) segera diolesi dengan lidah buaya dikombinasikan dengan air cuka apel yang diencerkan. Juga, malam hari, mengolesi dengan Virgin Coconut Oil dapat menyehatkan kulit dalam berbagai hal (pembahasannya perlu satu sesi sendiri).
(Yonita Chandra DVM, MBA.)
REFERENSI: Dr. Bill Fleming FRAC FRCS Dr. Dianne Godar of the U.S. Food and Drug Administration (FDA) Grant W, et al. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17134436) Dr. Mercola
I LOVE TO LEARN WAG LDHS Family-IAC Jumat, 26 Mei 2017 Jam 19.00-21.00 WIB LDHS Pilar no.4: Terus Belajar