Autoimun merupakan suatu kondisi yang dapat dialami oleh siapa saja, namun sebagian besar terjadi pada perempuan usia 20-40 tahun. Kondisi autoimun ini dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan sebagai pencetus.

Ketika tubuh mengalami suatu autoimunitas, tentunya diperlukan pengobatan untuk mengatasi kondisi tersebut.
Lama dan jenis pengobatan tentunya berbeda-beda walaupun pada penyakit autoimun yang sama, tergantung kepada beratnya penyakit dan keterlibatan organ tubuh.
Respons obat pun dapat berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.

Namun, yang perlu kita ingat adalah kondisi autoimun ini merupakan suatu kondisi yang kronis. Kronis artinya penyakit ini akan membutuhkan pengobatan jangka panjang, bahkan pada yang sudah mencapai remisi atau kondisi imun yang stabil masih dapat terjadi “kambuh”.

Tujuan pengobatan autoimun adalah untuk menghilangkan sel-sel imun yang fungsinya tidak benar dengan tetap mempertahankan sel-sel imun yang berfungsi baik. Sebagian besar obat-obatan untuk autoimun masih bersifat menekan sistem imun secara umum. Namun penelitian terus berkembang untuk mencari pengobatan yang lebih spesifik untuk sel imun yang fungsinya tidak benar.

Mendengar bahwa pengobatan autoimun ini bersifat jangka panjang bahkan ada yang seumur hidup tentunya menimbulkan kekhawatiran tersendiri.

Apakah obat-obat ini tidak mengganggu fungsi ginjal ? Fungsi hati ?
Apakah obat-obatan ini lama kelamaan akan membahayakan tubuh saya ?
Apakah saya akan ketergantungan dengan obat ?
Apakah ada efek samping obat yang berbahaya ?
Apakah saya harus meminum obat ini seumur hidup saya ?
Apakah tidak bisa menggunakan pengobatan alternatif yang lebih alami ?
Apakah bisa dicoba dengan pantang makanan ?

Mungkin ada yang pernah mendengar pepatah bahwa obat adalah racun….. Pepatah ini benar BILA OBAT DIGUNAKAN DENGAN TIDAK TEPAT.
Pengobatan yang diberikan oleh dokter tentunya sudah melalui uji klinis atau penelitian yang dimulai dari penelitian di laboratorium, terhadap hewan, lalu terhadap manusia, yang diujikan pada skala yang cukup besar.
Kemungkinan adanya efek samping atau alergi dari obat atau gangguan terhadap organ tubuh akibat obat juga mungkin terjadi.
Namun tentunya dokter selalu menilai risk vs benefit dari suatu pengobatan yang akan diberikan. Oleh sebab itulah, untuk penyakit yang sama dapat diberikan obat yang berbeda. DanĀ  yang tidak kalah penting adalah pemantauan dari pengobatan yang diberikan oleh dokter.

BAGAIMANAKAH CARANYA MEMINUM OBAT YANG BENAR ?

  1. Minumlah obat sesuai dengan aturan dari dokter.
  2. Disiplin dan tepat waktu dalam meminum obat.
  3. Berkonsultasi dengan dokter yang memberikan pengobatan mengenai efek samping yang mungkin terjadi, dan selanjutnya memperhatikan efek samping saat meminum obat.
  4. Perhatikan kemungkinan interaksi obat dengan makanan / minuman yang dikonsumsi.
  5. Perhatikan tanda-tanda alergi saat minum obat, yaitu timbul ruam kemerahan / gatal pada tubuh, bengkak pada bibir dan mata, sesak nafas atau pingsan.
  6. Tidak menghentikan obat tanpa sepengetahuan dokter yg merawat Anda.

Mengapa penting memperhatikan interaksi obat dengan obat lain maupun dengan makanan/minuman ?
Interaksi obat dengan makanan dapat menghambat kerja obat atau meningkatkan efek dari obat, serta dapat menimbulkan efek samping yang baru. Hal ini membuat pengobatan menjadi tidak efektif.

Narasumber diskusi:
dr.Fransisca Hardi,Sp.PD
President of Marisza Cardoba Foundation (MCF)

I LOVE TO LEARN
WAG LDHS Family-IAC
Rabu, 31 Mei 2017
Jam 10.00-12.00 WIB

LDHS Pilar no. 4 : Terus Belajar

Leave a comment